Senin, 24 Januari 2011

ANALISA SWOT POTENSI KABUPATEN TANAH LAUT

KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas rahmat dan karunia-Nya jualah, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis SWOT di Kabupaten Tanah Laut”.
Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas kewarganegaraan. Selain itu, juga bertujuan untuk mengidentifikasi potensi-potensi yang ada di Kabupaten Tanah Laut melalui analisis SWOT. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ada pada potensi tersebut dan mencari solusi untuk mengatasinya serta mengembangkan potensi tersebut.
Saya mengucaan terima kasih kepada bapak Teddy Hermawan selaku dosen pembimbing kewarganagaraan dan teman-teman serta pihak-pihak yang membantu penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan. Saya minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan mauun kata-kata yang kurang berkenan. Hal ini diakibatkan kurangnya ketelitian, bahan dan pengetahuan akan masalah yang diangkat.
Akhir kata, saya uapkan terimakasih.

Jakarta, 30 Desember 2009
Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar isi. ii
Bab I : Pendahuluan
A. Letak Geografis 1
B. Keadaan Alam 3
C. Kekayaan Alam 9
D. Keadaan Penduduk. 10
Bab II : pembahasan
A. Gambaran Umum Peternakan di Tanah Laut 13
B. Analisis SWOT Terhadap Peternakan 16
Bab III: Penutup
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
BAB I
PENDAHULUAN
PROFIL KABUPATEN TANAH LAUT
A. LETAK GEOGRAFIS
a. Gambaran Umum
Propinsi Kalimantan Selatan secara geografis, terletak di antara 114 19' 13'' - 116 33' 28'' Bujur Timur dan 1 21' 49'' – 4 10' 14'' Lintang Selatan. Secara administratif, Propinsi Kalimantan Selatan terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan dengan batas-batas : Sebelah barat dengan Propinsi Kalimantan Tengah, sebelah timur dengan Selat Makasar, sebelah selatan dengan Laut Jawa dan sebelah utara dengan Propinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan letak tersebut, luas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan hanya 6,98 persen dari luas Pulau Kalimantan secara keseluruhan.
Secara administratif wilayah Propinsi Kalimantan Selatan dengan kota Banjarmasin sebagai ibukotanya, meliputi 11 kabupaten dan 2 kota. Kabupaten terbaru adalah Kabupaten Tanah Bumbu (pecahan Kabupaten Kotabaru) dan Kabupaten Balangan (pecahan Kabupaten Hulu Sungai Utara). Persentase luas tertinggi adalah Kabupaten Kotabaru (25,11%); Kabupaten Tanah Bumbu (13,50%) dan terendah adalah Kota Banjarmasin (0,19%) dan Kota Banjarbaru (0,98%).
Tanah Laut merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang beribukota di Pelaihari dan merupakan salah satu Daerah Tingkat II. Secara geografis terletak antara 114o30 20 - 115o23 31 BT dan antara 3o30 33 - 4o11 38 LS. Daerah ini berbatasan dengan Laut Jawa di barat dan selatan, Kabupaten tanah Bumbu di timur, dan Kabupaten Banjar di utara. Luas wilayah daerah ini 3.631,35 Km2. Jarak dari ibukota kabupaten ke ibukota provinsi ± 65 Km.
Motto yang digunakan yaitu Tuntung Pandang dan mascot fauna daerah kijang emas. Secara administratif, Kabupaten Tanah Laut mempunyai 11 kecamatan yaitu:
KECAMATAN LUAS JUMLAH
( Km² ) Desa/Kel.
Panyipatan 336,00 10
Jorong 628,00 10
Batu Ampar 548,10 14
Kintap 537,00 14
Pelaihari 575,75 29
Takisung 343,00 12
Bati-Bati 234,75 14
Tambang Ulang 176,75 9
Kurau 268,00 22
Jumlah 3.631,35 Km² 134
b. Peta Lokasi
B. KEADAAN ALAM
Ditinjau dari segi topografinya, Wilayah Kabupaten Tanah Laut didominasi oleh dataran rendah yang landai, yang membentang dari Barat ke Timur, mulai dari arah Selatan (Pantai Laut Jawa) kearah Utara (pedalaman), dan bergelombang hingga bergunung di daerah pedalaman yang berbatas dengan Kabupaten Banjar. Secara umum dapat dikatakan bahwa topografi wilayah Kabupaten Tanah Laut dapat di bagi atas 2 (dua) bagian besar, yaitu :
1. Bagian selatan merupakan dataran rendah yang landai hingga berombak. Bentangan daerah ini memanjang dari Timur ke Barat dengan lebih melebar di bagian Barat yang terdiri dari rawa-rawa dan daerah aliran sungai, muara sungai dan Pantai Laut Jawa.
2. Bagian utara, merupakan daerah yang bergelombang, berbukit dan bergunung sampai ke perbatasan dengan Kabupaten Banjar. Pada wilayah ini terdapat beberapa puncak, yaitu :
• Puncak Gunung Kemuning (750 m dpl)
• Puncak Gunung Batu Karo (621 m dpl)
• Puncak Gunung Batu Belerang (921 m dpl)
• Puncak Gunung Kematian (951 m dpl)
• Puncak Gunung Batu Mandi (901 m dpl)
• Puncak Gunung Sekupang (1.051 m dpl)
• Puncak Gunung Haur Bonak (744 m dpl)
• Puncak Gunung Aur Bunek (1.150 dpl)
• Puncak Gunung Condong (553 m dpl)
Ditinjau dari sudut ketinggian tempat (elevasi), wilayah Kabupaten Tanah Laut dibagi 6 (enam) kelas elevasi , yaitu kelas 0 - 7 meter, 7 - 25 meter, 25 - 100 meter, 100 - 500 meter, 500 – 1000 meter dan diatas 1000 meter. Kelas ketinggian (elevasi) lahan yang paling luas di Kabupaten Tanah Laut adalah kelas elevasi 0 - 7 meter dpl, yaitu mencapai 58.240 Ha (15.6 % dari luas daratan). Sedangkan kelas ketinggian yang paling kecil luasnya adalah kelas elevasi di atas 1.000 meter dpl, yaitu 13.661 Ha (3,7% dari luas daratan). Kelas elevasi ketinggian 0-7 meter dpl terdapat di seluruh kecamatan, kecuali Kecamatan Batu Ampar dan Kecamatan Tambang Ulang sedangkan kelas elevasi ketinggian di atas 500 meter terdapat di Kecamatan Kintap, Jorong, Pelaihari dan Bati-Bati.
Berdasarkan tinjauan terhadap peta geologi Propinsi Kalimantan Selatan di Kabupaten Tanah Laut berumur antara mesozoik, tersier dan kuarter.
Secara fisiografis Kabupaten Tanah Laut terletak di bagian ujung Barat Daya Pegunungan Meratus dan di bagian Selatan Cekungan Barito dan Anak Cekungan Asam-Asam. Pegunungan Meratus terutama ditempati oleh batuan pra tersier, sedangkan Cekungan Barito da Anak Cekungan Asam-Asam ditempati oleh batuan sediment tersier.
Morfologi wilayah di Kabupaten Tanah Laut dapat dibagi menjadi 4 (empat) satuan morfologi yaitu Satuan Morfologi Dataran, dataran bergelombang, perbukitan dan pegunungan.
Satuan Morfologi Dataran menempati bagian ujung Selatan dan ujung Barat. Ketinggian berkisar antara 0 – 10 m dpl. Satuan ini berupa endapan alluvium rawa dan pantai yang tersusun dari batuan sediment kwarter. Satuan Morfologi Dataran Bergelombang menempati bagian Barat dan Selatan, yaitu sekitar jalur jalan raya Bati-bati – Pelaihari – Asam-asam; Pelaihari – Batakan dan Pelaihari – Takisung.
Ketinggian berkisar antara 10 – 50 m dpl. Satuan ini tersusun oleh batuan sediment kwarter dan tersier. Satuan Morfologi Perbukitan menempati bagian tengah merupakan kaki dari Pegunungan Meratus. Ketinggian berkisar antara 50 – 250 m dpl. Satuan ini tersusun oleh batuan metamorf dn sediment serta sebagian kecil batuan beku.
Satuan Morfologi Pegunungan menempati bagian Utara, dicirikan oleh lereng yang terjal dengan ketinggian puncak lebih dari 250 m dpl. Beberapa puncaknya seperti Gunung Kematian (951 m dpl), Gunung Batu Belerang (921 m dpl), Gunung Batu Karo (621 m dpl).
Di Kabupaten Tanah Laut keadaan hidrologi atau sumber daya air dapat dikelompokkan atas 2 (dua) bagian, yaitu :
1. Sungai atau Danau
Keadaan hidrologi sungai dan danau sebagai sumber daya air permukaan di Kabupaten Tanah Laut atas sungai-sungai besar dan kecil yang bermuara di Laut Jawa. Sungai-sungai besar antara lain Sungai Maluka (640 Km2), Sungai Tabanio (770 Km2), Sungai Sabulur (190 Km2), Sungai Sawarangan (580 Km2). Fungsi-fungsi sungai tersebut adalah untuk sumber air minum, pengairan, usaha perikanan dan sebagai sarana transportasi antara daerah/daerah timur dengan daerah-daerah Barat di abupaten Tanah Laut. Adapun danau-danau (rawa) yang terdapat di Kabupaten Tanah Laut yaitu Rawa Benua Raya (6.600 Ha), Rawa Panjaratan (2.500 Ha) dan Rawa Sanipah (5.600 Ha). Pada musiman hujan terdapat wilayah yang terkena banjir, baik terus menerus tergenang maupun tergenang secara periodic. Wilayah yang selalu tergenang adalah daerah Benua Raya dan Panjaratan.
2. Air Tanah
Kedalaman air tanah di suatu wilayah antara lain ditentukan oleh tingg wilayah dari permukaan laut, jenis batuan induk dan sebagainya. Wilayah Kabupaten Tanah Laut tersusun dari batuan induk yang bervariasi dan terletak paa ketinggian 0 – 1000 m dpl. Oleh sebab itu kedalaman air tanahnya kan bervariasi , dari dangkal (daerah pantai hingga perbukitan dan pegunungan).
3. Curah Hujan
Curah hujan sebagai fakor fisik bersifat dinamis karena di pengaruhi oleh waktu. Curah hujan dimasukkan sebagai faktor fisik karena besar kecilnya curah hujan akan mempengaruhi factor fisik yang lain, seperti menyebabkan terjadinya erosi, adanya genangan air pada daerah-daerah tertentu. Dengan pengaruh kedua faktor fisik tersebut sekaligus akan mempengaruhi tindakan budidaya baik terhadap teknik pengolahan tanah maupun pemilihan jenis komoditi yang akn dibudidayakan dalam bidang pertanian.
Kabupaten Tanah Laut termasuk daerah beriklim tropis basah karena tidak terdapat perbedaan musim yang jelas. Hujan turun merata sepanjang tahun denga bulan-bulan relative basah antara Bulan Desember – Februari dan bulan-bulan relative kering antara bulan Juni – Agustus. Berdasarkan hasil penelitian antara 1915 – 1941, curah hujan bagian Timur/pantai sebesar 2,324 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 150 hari/tahun dan di bagian Barat sampai dengan perbatasan kabupaten. Curah hujan berkisar antara 2.500 – 3.000 mm/tahun dan di wilayh Timur berkisar antara 2.000 – 2.500 mm.tahun.
Berdasarkan data curah hujan rata-rata bulanan dan perhitungan evapotranspilasi bulanan, maka Kabupaten Tanah laut setiap bulannya tidak mengalami kekurangan air. Tanaman tahunan tidak memerlukan adanya air irigasi pada bulan-bulan yang water balance-nya kurang dari 100 mm akan mengalami kekurangan air.
Temperatur udara di suatu tempat ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur rata-rata di daerah Kabupaten Tanah Lautr berkisar antara 23,30C sampai 32,70C. Sedangkan kelembaban udara rata-ratanya berkisar antara 47%-s.d 98% tiap bulan.

Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi dan perputaran/ pertemuan arus udara. Antara curah hujan dan keadaan angin biasanya ada hubungan erat satu sama lain. Walaupun demikian di beberapa tempat, hubungan tersebut agaknya tidak selalu ada. Keadaan angin pada musim hujan biasanya lebih kencang dan angin bertiup dari barat dan barat laut. Oleh karena itu musim tersebut dikenal juga dengan musim barat. Pada musim kemarau angin bertiup dari benua Australia, keadaan angin saat itu bisa juga kencang
Kemiringan/kelerengan suatu lahan berkaitan dengan kepekaan tanah terhadap erosi tanah, Semakin tinggi/terjal lerengnya maka tanah semakin peka terhadap erosi. Bila dilihat dari kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Tanah Laut dapat dibedakan dalam 6 (enam) kelompok, yaitu sebagai berikut :
1. 0 – 3 %, sebagian besar tersebar di wilayah Timur membentang dari bagian Barat hingga Timur, mulai dari Selatan (pantai) ke Utara (pedalaman) dengan luas 250.460 Ha (67,16 % dari luas total daratan)
2. 3 – 8 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian Tengah, membentang dari bagian Barat hingga Timur, dengan luas 44.830 Ha (12,02 % dari luas total daratan).
3. 8 – 15 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian Tengah, membentang dari bagian Barat hingga Timur, dengan luas 31.600 Ha (8,47 % dari luas total daratan)
4. 15 – 25 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian Tengah, membentang dari bagian Barat hingga Timur, dengan luas 21.805 Ha (5,85 % dari luas total daratan)
5. 25 – 40 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian Tengah dan Utara, membentang dari bagian Barat hingga Timur, dengan luas 10.690 Ha (2,87 % dari luas total daratan)
6. > 40 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian Tengah dan Utara, membentang dari bagian Barat hingga Timur, dengan luas 13.545 Ha (3,63 % dari luas total daratan)
Terlihat bahwa wilayah Kabupaten Tanah Laut didominasi oleh kelas lereng 0 – 3% yaitu sebesar 77,80% dari luas total wilayah daratan. Kelas lereng tersebut selain potensial untuk tanaman pangan lahan basah (padi sawah) berpotensi juga untuk perikanan tambak bagi wilayah yang ada di sepanjang pantai.
Tekstur tanah di wilayah Kabupaten Tanah Laut diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yaitu tekstur halus (lempung berliat hingga liat), tekstur sedang (lempung sampai lempung liat berdebu) dan tekstur kasar (lempung berpasir sampai berkerikil). Tekstur tanah akan berpengaruh terhadap kesuburan fisik tanah, kemampuan menyerap dan menyimpan air dan kepekaan terhadap erosi.
Sifat tanah yang bertekstur halus baik untuk budidaya maupun non budidaya. Pada tanah yang bertekstur halus semua tanaman dapat tumbuh dengan baik dan tahan terhadap erosi. Sedangkan pada tanah yang bertekstur sedang tanaman masih dapat tumbeuh dengan baik, tetapi harus dengan perlakuan khusus untuk mencegah erosi, karena bertekstur sedang lebih peka terhadap erosi.
Tanah dengan tekstur kasar memerlukan air sangat tinggi, sehingga daya simpan airnya sangat rendah, akibatnya kurang cocok untuk tanaman pangan lahan kering.
Pada umumnya tanah di Kabupaten Tanah Laut ini bertekstur sedang yang meliputi jenis tanah alluvial, latosol dan podsolik yaitu 297,285 Ha (79,91 % dari luas total daratan), tanah bertekstur halus meliputi jenis tanah gleisol dan podsonik seluas 46.750 Ha (12.54 % dari luas total daratan) dan tanah yang bertekstur kasar meliputi jenis tanah alluvial seluas 28.915 Ha (7.75 % dari luas total daratan).
Dengan demikian, di Kabupaten Tanah laut sedikitnya terdapat 28.915 Ha (7.75% dari luas total daratan) mempunyai kendala dalam pengembangan kawasan budidaya dengan faktor pembatas tekstur tanah yang kasar.
Kedalaman Efektif TanahKedalaman efektif tanah di wilayah Kabupaten Tanah Laut di klasifikasikan kedalam 4 (empat) kelas kedalaman efektif tanah yaitu dalam (lebih dari 90 cm) sedang (80 – 90 cm), dangkal (30 – 60 cm) dan sangat dangkal (kurang dari 30 cm). Kedalaman efektif tanah akan berpengaruh terhadap wilayah perakaran tanaman,jenis tanaman/tumbuhan dan tegakan tanaman.
Adapun tata letak tanah yang sudah digunakan di Tanah Laut yaitu 75% di gunakan untuk permukiman, industry, sawah, perkebunan, dan perikanan sedangkan sisanya merupakan hutan, semak, padang rumput, lahan kosong dan rusak.
Tata Guna Tanah
Kampung/Permukiman 4,317.00 Ha
Industri 42.00 Ha
Sawah 41,360.00 Ha
Tanah Kering - Ha
Kebun Campuran 15,333.00 Ha
Perkebunan 31,343.00 Ha
Hutan 133,733.00 Ha
Semak, Padang Rumput 119,757.00 Ha
Lahan Kosong, Rusak 305.00 Ha
Perairan dan Lainnya 5,948.00 Ha
C. KEKAYAAN ALAM
Kekeyaan alam di Kabupaten Tanah Laut berupa potensi-potensi yang ada. Adapun potensi tersebut antaralain dalam bidang pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan dan kelautan, pariwisata, industri, dan bidang perhubungan.
Daerah ini mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan antara lain di sektor perkebunan dengan komoditi utama yang dihasilkan berupa karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Di sektor pertanian, hasil pertanian yang utama berupa bahan tanaman pangan yang meliputi padi, jagung, tanaman holtikultura, dan palawija. Disamping mengolah lahan petani di Tanah Laut bisanya juga memelihara ternak dengan ternak unggulannya berupa sapi. Pengolahan hasil pertanian dan perkebunan di samping menyerap tenaga kerja juga memberikan nilai tambah komoditas tersebut, sudah terdapat beberapa industri yang mengolah karet dan kelapa sawit di daerah ini.
Peluang lain di bidang pertanian adalah kelautan dan perikanan, selain sebagai petani penduduk Tanah laut juga bekerja sebagai nelayan dengan budi daya perikanan darat di tambak dan kolam. Dari hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan ini berdampak besar juga terhadap perdagangan. Perdagangan menjadi tumpuan mata pencaharian penduduk. keberadaan infrastruktur berupa jalan darat yang memadai akan lebih memudahkan para pedagang utuk berinteraksi sehingga memperlancar baik arus barang maupun jasa, daerah ini juga memiliki berbagai sarana dan prasarana pendukung diantaranya sarana pembangkit tenaga listrik, air bersih, gas dan jaringan telekomunikasi.
Dalam sektor pertambangan Kabupaten Tanah Laut menyimpan berbagai jenis bahan tambang baik golongan A, B dan C. Beberapa jenis bahan galian strategis dan vital yang memiliki deposit cukup tinggi adalah batu bara, biji besi, emas, platina dan mangan. Sedangkan bahan galian golongan C terdiri dari pasir kwarsa, batu gamping, lempung, marmer, granit, oker, andesit, periodotit, basalt, dan diorit.
Jenis wisata yang paling potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Tanah Laut adalah wisata alam dan wisata pantai. Hal ini merupakan potensi yang menjanjikan. Obyek wisata alam yang ditawarkan kepada investor adalah air terjun Bajuin. Sedangkan wisata pantai terdiri dari Pantai Takisung, Batakan, Swarangan dan Batu Lima. Sedangkan dalam bidang industri hingga tahun 2002, jumlah perusahaan sedang dan besar di Tanah Laut mencapai 11 perusahaan, terdiri dari industri makanan (6), industri kayu (3), industri kimia (1) dan industri logam dasar (1), yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 3.613 orang.

Untuk menunjang berkembangnya kegiatan perekonomian, khususnya dalam rangka memperlancar transportasi, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut menawarkan beberapa peluang investor di sektor perhubungan berupa pembangunan terminal Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), penyediaan fasilitas pengujian kendaraan bermotor, dan pembangunan pelabuhan samudera

D. KEADAAN PENDUDUK
Struktur perekonomian di Kabupaten Tanah Laut masih didominasi oleh sektor pertanian (41,25 %), kemudian sektor perdagangan, restoran dan perhotelan (21,39 %), sektor industri pengolahan (17,36 %), sektor pertambangan dan penggalian (3,57 %), serta diikuti oleh sektor lainnya.
Penduduk di Tanah Laut terdiri dari bermacam-macam suku. Suku asli adalah suku Banjar dan suku Dayak Bukit di desa Bajuin. Suku bangsa di kabupaten ini antara lain:
1. Suku Banjar: 142.731 jiwa
2. Suku Jawa: 73.237 jiwa
3. Suku Bugis: 3.066 jiwa
4. Suku Madura: 3.282 jiwa
5. Suku Bukit: 585 jiwa
6. Suku Bakumpai: 32 jiwa
7. Suku Mandar: 49 jiwa
8. Suku Sunda: 2.739 jiwa
9. Lainnya: 5.268 jiwa
Berdasarkan registrasi penduduk pada 2006, jumlah penduduk Kabupaten Tanah Laut mencapai 251.806 jiwa yang terdiri dari:
• Laki-laki, 128.111 jiwa
• Perempuan, 123.695 jiwa
Apabila dilihat dari penyebaran penduduknya, Kecamatan Pelaihari merupakan daerah yang memiliki tingkat sebaran penduduk paling tinggi dan Kecamatan Tambang Ulang yang memiliki penduduk paling sedikit. Secara umum, Kabupaten Tanah Laut memiliki tingkat kepadatan penduduk 69 Jiwa per-kilometer persegi.
Berdasarakan data dari Dinas Tenaga Kerja, jumlah pencari kerja di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2006 sebesar 7.573 orang. Latar belakang pencari kerja ini sebagian besar adalah :
• Lulusan SLTA, 67,50%
• Lulusan SLTP, 15,17%.
• Lulusan diploma dan sarjana, 13,06%
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ada di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2006 menurut catatan KKPN Pelaihari yaitu PNS Pusat sebanyak 1.083 orang dan PNS daerah otoom sejumlah 4.295 orang.

Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagai besar PNS berlatar belakang pendidikan perguruan
tinggi yakni 64,86%, dan 29,78& berlatar belakang pendidikan setingkat SLTA. Sisanya adalah tamatan SD dan SLTP.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Tanahlaut

Tahun 2005 2006
Statistik Penduduk
Jumlah Pria - 136,581 jiwa
Jumlah Wanita - 124,059 jiwa
Jumlah Total 0 260,640 jiwa
Pertumbuhan Penduduk 2.01 - %
Kepadatan Penduduk - 69.89 per km2

Sarana pendidikan sangat diperlukan untuk bisa menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, yang pada akhirnya akan menunjang perekonomian dan pembangunan daerah.

Sarana pendidikan yang tersedia di Kabupaten Tanah Laut, antara lain:
• SLB, 1 unit
• TK, 121 unit
• Sekolah Dasar, 226 unit
• SLTP, 35 Uit
• SMA, 8 unit
• SMK, 2 unit
Meningkatnya jumlah penduduk yang bersekolah tentu harus diimbangi dengan ketersediaan sarana fisik dan tenaga kependidikan yang memadai.

Sarana-sarana kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2006, jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Tanah Laut terdiri dari:
• Rumah Sakit, 1 buah
• Puskesmas, 15 buah
• Puskesmas Pembantu, 60 buah
• Posyandu, 256 buah
• Puskesmas Keliling, 9 buah
Kabupaten Tanah Laut sangat membuka diri bagi pihak-pihak yang ingin terlibat dapat pengembangan sektor pendidikan dan kesehatan di Tanah Laut, misalnya dengan jalan:
• Pembangunan lembaga pendidikan
• Peningkatan kualias pendidikan
• Penambangan dan peningkatan fasilitas pendidikan
• Pembangunan balai kesehatan
• Rumah sakit anak dan bersalin
• Praktik Dokter
• Apotek, dll.
BAB II
PEMBAHASAN
ANALISIS SWOT TERHADAP POTENSI YANG ADA DI DAERAH
A. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN DI TANAH LAUT
Salah satu potensi yang ada di Kabupaten Tanah Laut yang akan dibahas dibab ini yaitu bidang peternakan dan perikanan.
Jenis ternak yang dikembangkan di Tanah Laut adalah sapi, kerbau, kambing, ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, dan itik. Adapun jenis ternak yang paling berpeluang untuk kegiatan investasi adalah sapi dan kambing.

No Jenis Ternak Daging (Kg) Daging (Kg) Telur (Kg) Kulit (lembar) Jeroan (Kg)
1. Sapi 60.409 260.246 - 1.676 65.532
2. Kerbau 3.870 22.240 - 216 8.640
3. Kambing 7.193 23.400 - 1.659 4.148
4. Ayam buras 459.347 485.202 203.426 - 48.520
5. Ayam ras petelur 483.185 114.349 2.690.982 - 11.435
6. Ayam ras pedaging 2.128.201 26.352 - - 2.636
7. Itik 114.057 300.798 553.822 - 30.080

Peluang Investasi Peternakan

No Peluang Investasi Potensi Lokasi Perkiraan Biaya (Rp)
1. Penggemukan sapi dengan sistem plasma 2.000 Pelaihari, Batu Ampar, Panyipatan dan Tambang Ulang 6 milyar
2. Pembibitan ternak (sapi dan kambing) 3.000 Tersebar 9 milyar
Ternak yang dibudidayakan
Sapi Potong
Model pembibitan dan penggemukkan sapi potong telah berkembang dengan adanya pusat-pusat pertumbuhan usaha ternak. Penyebaran dan pemanfaatan ruang pada kawasan peternakan diatur sebagai berikut :
Usaha ternak sapi potong berkembang umumnya dilakukan secara individu atau berkelompok namun berada dalam satu kawasan dengan sistem pemeliharaan secara intensif/semi intensif.
Jumlah kepemilikan bervariasi antara 2-10 ekor/peternak. Pakan rumput alam masih dominan, pemberian Urea Mineral Mollases Block (UMMB) sudah memasyarakat sebagai tambahan mineral. Pakan lainnya adalah jerami tanaman seperti jagung, padi dan kacang-kacangan dan limbah industri. Kotoran ternak sudah dimanfaatkan menjadi kompos dan biogas. Pemanfaatan limbah sawit sebagai pakan serat/konsentrat juga telah dilakukan .
Ternak Kambing
Usaha tani ternak kambing dilakukan secara individu atau berkelompok dalam satu kawasan yang dipelihara secara intensif. Jenis ternak kambing yang dipelihara adalah kambing Kacang dan PE dengan jumlah
pemilikan 5-15 ekor/peternak. Pakan yang diberikan sebagian besar berasal dari dedaunan dan hijauan, juga diberikan konsentrat seperti dedak dan gaplek.
Ternak Unggas
• Broiler
Dengan populasi 20 juta ekor per tahun, rata-rata kebutuhan setiap hari 40.000 ekor. Angka kematian 2-3%. Sistem pemeliharaan: konvensional sistem. Dan untuk input produksi (bibit/DOC, pakan, obat) dari sistem kemitraan INTI, plasma menyediakan kandang dan tenaga kerja. Peternak mandiri ± 30%. Penyakit: ND, Coccidiosis, CRD.
• Layer
Populasi 2 juta ekor dengan produksi telur 60-90 ton/hari dengan angka kematian lebih kecil dari 5%. Sistem pemeliharaan: cage dan sebagian semikonvensional. Sebagian modern sistem/automatic. Penyakit ND, CRD, Gumboro.
• Native Chicken (ayam kampung)
Dengan populasi 8 juta ekor. Pemeliharaan dengan sistem backyard farming sistem, tiap rumah tangga rata-rata 10-25 ekor. Produktivitas telur 30-60%, tergantung sistem pemeliharaan (intensif/ekstensif).
• Itik Alabio (unggul lokal)
Populasi 2,5 juta dengan produktifitas 65-75%. Sistem pemeliharaan konvensional.
Penyakit botulisme.
Keunggulan
Keunggulan peternakan antara lain:
• Menyerap tenaga kerja. Peternakan dan perikanan memburuhkan banyak tenaga kerja untuk mengontrol, mengawasi, menjalankan usahanya.
• Mempunyai karaktristik keluasan daya tamping besar bagi perwujudan aspirasi ekonomi masyarakat untuk memperoleh kehidupan.
• Merupakan segmen penting yang dijadikan wahana (medium) dan tumpuan utama bagi wirausahawan karena mempunyai peluang bisnis besar.
• Hasil dari peternakan dan perikanan merupakan kebutuhan hidup sehari-hari berupa daging, telur, jeroan, dll baik yang sudah dikemas maupun tidak.
• Permintaan pasar yang relatif tinggi dan mudah menembus pasar sehingga memudahkan penyaluran hasil usaha.
• Teknologi yang digunakan relatif modern sehingga mempercepat hasil produksi. Hal ini sangat menguntungkan bagi wirausaha karna tidak perlu membutuhkan biaya yang besar.
B. ANALISIS SWOT TERHADAP PETERNAKAN
Analisis faktor internal dan faktor eksternal:
Faktor internal:
1. Strenght ( Kekuatan)
• Tersedianya faktor produksi terutama ternak, makanan ternak dan toko-toko obat hewan.
• Tersedianya lahan dan bakalan/ bibit ternak.
• Telah terbentuknya kelompok petani-ternak serta peternak telah cukup berpengalaman.
• Informasi pasar yang lebih memadai baik di tingkat pedagang maupun di tingkat indusri.

2. Weakness ( Kelemahan)
• Belum berkembangnya pemahaman peternak tentang manjemen pemeliharaan, pakan dan kesehatan ternak sehingga produktivitas belum memadai.
• Usaha ternak yang dilakukan masih bersifat sambilan dan manajemen sekadarnya.
• Minimnya pemasaran produk dan relasi antar costomer.
• Modal usaha dan sarana produksi belum memadai.
Faktor eksternal:
1. Opportunity ( Peluang)
• Potensi sumber daya peternakan seperti lahan dan ternak yang memadai.
• Tersedianya layanan kesehatan hewan (dokter hewan dan paramedis veteriner) dan petugas penyuluh lapangan.
• Tersedianya lembaga penyandang dana (BUMN/BUMD, swasta, LSM, Bank, lembaga donor dan sebagainya).
• Permintaan pasar yang cenderung meningkat terhadap daging ternak, telur, maupun produk olahannya.
2. Treath (Tantangan)
• Beberapa penyakit menular yang sewaktu-waktu dapat mengganggu kesehatan dan bahkan dapat menimbulkan kematian .
• Adanya persaingan antar pedagang yang kurang sehat.
• Adanya kompetisi pasar dengan peternak-peternak modern.
• Permintaan pasar yang mengalami penurunan.
Strategi yang digunakan:
1. Strategi SO
• Meningkatkan faktor produksi serta potensi daya peternakan yang ada untuk menembangkan peternakan.
• Memanfaatkan lahan dan bibit serta layanan kesehatan yang ada untuk memaksimalkan serta meningkatkan hasil dan mutu produksi.
• Memanfaatkan informasi pasar sehingga harga dapat menentukan harga dan dapat melakukan transaksi pada waktu yang tepat serta untuk memperluas pemasaran hasil produksi
• Memanfaatkan dana yang ada dari lembaga penyandang dana, untuk mengembangkan kelompok-kelompok tani serta mengadakan training terhadap peternak agar mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengelola peternakan.
2. Strategi ST
• Memanfaatkan faktor produksi seperti ternak dan pakan ternak serta lahan untuk mengembangkan peternakan dengan memberdayakan peternak yang terampil dan mempunyai kemampuan berusaha.
• Memanfaatkan toko-toko obat yang ada secara efektif dan efesian untuk mencegah dan mengobati penyakit menular yang dapat menghambat produksi ternak.
• Memanfaatkan informasi yang memadai untuk melakukan transaksi yang tepat untuk menghindari persaingan yang tidak sehat.
• Meningkatkan mutu produksi untuk menutupi perminataan pasar yang menurun serta untuk menghadapi kompetisi pasar dengan peternak-peternak modern.
3. Strategi WO
• Melakukan pembinaan intensif terhadap peternak melalui penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan petugas penyuluh lapangan untuk mempebaiki manajemen yang ada dan mengembangkan usaha yang ada dan tidak sekedar sambilan.
• Memanfaatkan modal usaha dan sarana produksi yang belum memadai untuk mengelola potensi sumber daya peternakan yang ada seefektif mungkin dan mengembangkannya.
• Memanfaatkan lembaga penyalur dana untuk menutupi modal dan sarana produksi yang minim untuk mengembangkan usaha.
• Memperluas pemasaran produk dan relasi antar konsumen dengan cara memberikan pelayanan yang memuaskan untuk menghadapi permintaan pasar yang cenderung meningkat.
4. Strategi WT
• Mengadakan training tentang manajemen pemeliharaan pakan dan kesehatan ternak untuk meningkatkan produktivitas sehingga mampu bersaing dengan peternak-peternak modern dan juga perlu dilakukan pembinaan intensif kepada para petani ternak agar manajemen pemeliharaan lebih baik.
• Perbaikan program perbibitan ternak melalui perbaikan dan penyebaran bibit unggul serta manajemen pembibitan di tingkat peternak untuk meningkatkan produktivitas dalam menghadapi persaingan.
• Memanfaatkan modal usaha dan sarana produksi yang minim dengan cara mengelolanya seefektif mungkin, untuk menghadapi faktor-faktor penghambat produksi seperti penyakit menular yang dapat menurunkan mutu produk.
• Mengembangkan usaha terta manajemennya dan tidak sekedar sambilan dan sekedarnya, serta mempeluas pemasaran dengan mencari pasar yang luang dan menguntungkan dan juga memperluas relasi dengan cusomer dengan cara memberikan pelayanan yang baik.
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dijelaskan pada uraian sebelumnya dapat disimpulkan:
• Kabupaten Tanal Laut mempunyai beberapa potensi yang menguntungkan seperti dalam bidang pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, pertambangan, pariwisata, industri, perdagangan, dan untuk menunjangnya diperlukan sarana perhubungan yang memadai.
• Peternakan sebagai sampel analisis swot. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan kemunduran potensi-potensi yang ada.
• Analisis swot ditujukan sebagai acuan dalam mengembangkan potensi yang ada dan mencari penyebab adanya masalah.
• Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor strategis internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, faktor strategis eksternal, yaitu peluang dan ancaman dalam pembangunan peternakan di Kabupaten Tanah Laut serta melakukan analisis terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternal tersebut untuk menentukan posisi/kondisi peternakan di Kabupaten Tanah Laut.
2. SARAN
• Untuk mengembangkan potensi yang ada diperlukan adanya analisis yang mendalam sehingga kita dapat mengetahui hambatan-hambatan dari potensi yang ada.
• Selain itu, untuk mengembangkan potensi yang ada didaerah juga diperlukan kerja sama dari berbagai pihak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar