Sabtu, 21 April 2012

FRANCHISE

1. Sejarah Franchise 
Franchise sebagai konsep bisnis, di seluruh dunia terus membumi. Semakin banyak orang, perusahaan di berbagai negara yang menggunakan konsep bisnis ini. Hal ini menandai franchise sudah diterima di seluruh dunia.
Menurut literature franchise, sejarah mencatat bahwa istilah franchise digunakan pertama kali di Amerika. Para pakar franchise sering menceritakan bahwa pada tahun 1951 di Amerika, perusahaan mesin jahit Singer merupakan perusahaan yang pertama kali mengenakan pemasaran dengan pola franchise. Di samping menjual produk, perusahaan ini juga mendirikan dealer-dealer seperti showroom mobil yang kita kenal saat ini. Konsep dealer Singer mengadakan layanan purna jual dan menyediakan komponen part-nya. Kemudian Singer juga memberi peragenan atau perwakilan batas untuk mesin jahitnya. 
Selanjutnya, format bahasa dan perjanjian kontrak dari perusahaan mesin jahit inilah yang kemudian dipakai untuk menerapkan pola franchise. Meskipun dalam perkembangannya format tersebutbanyak disempurnakan oleh perusahaan-perusahaan yang sangat serius mengembangkan ekspansi bisnisnya. 
Sejurus dengan itu, berbagai istilah pun muncul dalam khazanah bisnis franchise. Seperti franchisee yang disebut sebagai mitra bisnis franchisor yang diberikan hak untuk mengembangkan usahanya, kemudian Master Franchise untuk franchisee yang mengelola gerai dalam suatu Negara. Sedangkan, model kontrak perjanjian semakin berkembang menyesuaikan kebutuhan jamannya. 
Dalam versi lain, istilah franchisesebetulnya sudah sering digunakan untuk praktek perdagangan seperti lisensi, terutama di Eropa. Pengertian franchise juga kadang-kadang digunakan sebagai suatu pemberian izin para penguasa untuk mengadakan pasar murah, atau pembuatan jalan, dan menjalankan ferri, atau perundingan. Sedangkan kata franchise sendiri berasal dari Perancis yaitu “franchir”, yang artinya dibebaskan dari membayar upeti atau pajak pada pihak yang berkuasa seperi raja-raja atau gereja pada abad pertengahan di Eropa. Karena mereka pada abad tersebut memiliki hak dan kewenangan. 

2. Definisi Franchise 
Dr. Martin Mendelsonh, pakar franchise dari Amerika mengatakan, format bisnis franchise adalah modal izin dari satu orang (franchisor) kepada orang lain (franchisee) yang memberi hak (biasanya mempersyaratkan) franchisee untuk mengadakan bisnis di bawah nama dagang franchisor, meliputi seluruh elemen yang dibutuhkan untuk membuat orang yang sebelumnya belum terlatih dalam berbisnis untuk mampu menjalankan bisnis yang dikembangkan / dibangun oleh franchisor di bawah brand miliknya, dan setelah detraining untuk menjalankannya berdasarkan pada basic yang telah ditentukan sebelumnya dengan pendampingan yang berkelanjutan. 
Sedangkan, V. Winarto, franchise adalah hubungan kemitraan antara usahawan yang usahanya kuat dan sukses dengan usaha yang relatif baru atau lemah dlaam usaha tersebut dengan tujuan saling menguntungkan khususnya dalam bidang usaha penyediaan produk dan jasa langsung kepada konsumen.
3. Elemen-Elemen Franchise 
Sebagai suatu format bsinis antara kedua belah pihak tentu tidak bisa dipisahkan dari berbagai elemen di dalamnya. Di franchise, elemen-elemen tersebut terdiri dari : 

  • Franchisor yaitu pihak pemilik atau produsen dari barang atau jasa yang telah memiliki merek tertentu serta memberikan atau melisensi hak ekslusif tertentu untuk pemasaran dari barang atau jasa. 
  • Franchisee yaitu yang menerima hak ekslusif dari franchisor untuk mengembangkan merek usahanya di beberapa wilayah. 
  • Master Franchise yaitu penerimaan hak ekslusif dari franchisor untuk mengembangkan merek usahanya dalam satu negara.
4. Elemen-Elemen Biaya Elemen 
biaya ini muncul sebagai bentuk kompensasi atas hubungan yang terjadi. Dan biasanya elemen biaya ini menetapkan adalah franchisor dan menjadi kewajiban franchisee untuk melaksanakannya. Elemen-elemen biaya tersebut terdiri dari franchise fee, royalti fee, dan advertising fee.
  •  Biaya awal waralaba / Franchise Fee, Biaya awal waralaba adalah biaya yang harus dibayar dim aka sebelum gerai waralaba mulai beroperasi. Pada prinsipnya biaya ini dibayarkan untuk : 1) Lisensi atau hak untuk menggunakan merek yang diwaralaba selama jangka waktu waralaba 2) Hak untuk menggunakan (meminjam) pedoman operasional selama jangka waktu waralaba. Besar biayanya tergantung kebijaksanaan franchisor. Tetapi sejatinya ini sangat penting untuk ditanyakan, apakah biaya awal waralaba sudah termasuk hal-hal berikut : 1) Survey lokasi 2) Design layout 3) Informasi berupa daftar inventory awal, termasuk stok barang yang dibutuhkan 4) Sourcing (pencarian supplier) untuk initial inventory dan stok barang 5) Bimbingan dan diskusi untuk menyusun business plan 6) Rekrutmen dan atau seleksi para pegawai mula-mula 7) Penyelenggaraan pelatihan awal 8) Supervisi dan eksekusi launching 
  • Royalti Fee, Royalti fee adalah biaya yang harus dibayar setelah gerai waralaba mulai beroperasi. Pada umumnya pewaralaba yang menetapkan pembayaran harus dilakukan setiap awal bulan, misalnya sebelum tanggal 10 tiap bulan. Metode royalti ini beragam. Namun umumnya berupa persentase terhadap setiap penghasilan yang diterima franchisee, dengan mengecualikan unsur pajak, bila ada. Indomaret dan Alfamart menetapkan perhitungan royalti progresif yang mirip dengan pajak penghasilan wajib pajak abadi (PPh 21). Adapula franchisor yang menetapkan “flat royalti”, artinya tidak peduli berapapun penghasilan franchisee, royalti yang dikenakan nilainya tetap. Adapula yang mengkombasikan royalti berdasarkan persentase dengan menetapkan nilai minimnya. Pada prinsipnya royalti fee ada dan digunakan untuk : 1) Kelangsungan operasional pewaralaba dalam kaitannya dengan bimbingan berkesinambungan bagi para pewaralaba. 2) Pelaksanaan audit waralaba dan evaluasi bisnis yang keduanya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bimbingan berkesinambungan 3) Penelitian dan pengembangan (litbang/ R&D) 4) Pengelolaan merek dan strategi pemasaran. 
  • Advertising Fee. Biasany, untuk keperluan eksekusi dari pengelolaan merek dan strategi pemsaran, franchisor memerlukan dana yang akan diambil dari dana iuran dan promosi bersama, bukan dari royalti fee. 
5. Perbedaan Franchise dan Business Opportunity (BO) 
Banyak bisis franchise yang lahir dari Business Opportunity atau yang sering disebut BO. Meskipun demikian, franchise tidaklah sama dengan BO. Ibarat seorang anak yang baru lahir, BO seperti seorang anak belia yang mencari pengalaman hidup. Masih meraba arah untuk menentukan sebuah pijakan yang kuat. 
Dalam usia belia biasanya seorang anak cenderung menuntut perubahan yang terus menerus, sebab usai belianya adalah masa pencarian arah hidup. Masa dimana kematangan diri belumlah sempurna. Namun begitu dewasa, ketika sudah melewato berbagai pengalaman. menggeluti trial and error roda kehidupan, seorang anak akan jauh lebih ahli dalam menyikapi berbagai persoalan.
Bisnis franchise diibaratkan seorang anak yang telah dewasa dan mencapai tahap kematangan diri. Sebuah bisnis yang terbukti proven. Proven disini bukan ganya menguntungkan sesaat, akan tetapi yang sudah teruji dalam rentang waktu yang panjang. Bisnis dikatakan proven juga bukan berarti hanya dalam meraih laba saja, namun secara konsep, secara sistem, dan produk serta service-nya emmang sudah teruji dari tahun ke tahun, bukan hanya beberapa bulan atau satu dua tahun saja. 
Sedangkan BO adalah usaha yang masih terbilang muda, masih belia. Bisa juga seorang anak yang sudah dewasa namun kepribadian dan sistem berfikirnya masih relatif muda. alias belum dewas, dan belum produktif menjadi manusia yang diunggulkan. Jadi bisa dibayangkan jika usaha yang masih BO alias belum mature sudah melakukan perkawinan dengan orang lain. 
Tentunya untuk menapaki rumah tangga dengan segala persoalan harus benar-benar sudah siap baik secara batiniah maupun lahiriahnya. Batiniahnya yakni konsep dan sistem bisnisnya yang sudah andal. Adpaun secara lahiriah, yakni produk dan brandnya sudah cukup mapan dan sukses. 
Memang, franchise relatif lebih jelas dan mudah dijalankan, karena segala sesuatu sudah dipersiapkan dengan matang oleh franchisor. namun untuk membayar sistem dan konsep bisnis franchise memanglah tidak murah. Karena frnachise harus membayar franchise feeuntuk menduplikasikan hak kekayaan franchisor, karena karya itu dibuat oleh franchisor dengan masa yang panjang dan tidak asal.
Berbicara mengenai perbedaan antara franchise dan BO memang cukup membingungkan. Tetapi mengetahui perbedaan antara keduanya adalah hal yang penting untuk memahami sebelum menandatangani suatu perjanjian tepat pada waktunya. 
Tipe yang paling umum dari BO adalah seperti bisnis-bisnis biasa pada umumnya yang menjual produk dan jasa ke customer, namun bisnis tersebut memberikan peluang bagi orang lain untuk mengembangkannya. Walaupun sebagian sistem franchise memiliki unsur-unsur demikian, perbedaan BO dan franchise terletak pada kadar hubungannya. 
Dibandingkan franchise, BO sejatinya memiliki beberapa keuntungan. Principal dari pemilik BO menawarkan kebebasan dan fleksibilitas yang lebih dibandingakan apa yang akan didapatkan dalam frnachise. Selain itu BO biasanya mengenakan biaya awal yang lebih sedikit disbanding franchise dalam industri yang sama, dan mereka juga biasanya tidak mempersyaratkan kepada mitranya untuk membayar royalti secra terus-menerus, seperti yang ada dalam franchise. 
BO seringkali menjadi metode yang bagus untuk sebuah bisnis yang dilakukan di rumah, bisnis sampingan atau sebagai bahan pemasukan tambahan. Tetapi diablik keuntungan BO juga menyimpan beberapa kekurangan. Kekurangan yang terbesar adalah BO tidak memnerima bantuan yang signifikan dalam menset bisnis, dalam sistem manajemen, pelatihan, marketing, dan tidak mendapat support secara berkelanjutan. Sementara dalam franchise, sistem tealh disediakan oleh franchisor untuk franchiseenya untuk dapat digunakan untuk kesuksesan bisnisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar